Saturday, January 15, 2011

TINJAUAN KASUS : Pengkajian DHF

A. Pengkajian

1. Identitas klien
Nama : Sdr. S
Umur : 16 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMA
Alamat : Pakembaran – Tegal
Tgl. Masuk : 03-04-10 Jam : 17.15 WIB
Tgl. Pengkajian : 07-04-10 Jam : 07.30 WIB
No. Register :
Dx. Medis : DHF

2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. K
Umur : 42 Tahun
Alamat : Pakembaran – Tegal
Hubungan dengan klien : Ibu

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan masih merasa lemas.

2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien membawa klien pada tanggal 03 April 2010 ke RSUD dr. Soeselo Slawi, melalui ruang IRDA dengan keluhan panas sudah 5 hari, pusing, lemas, dan persendian terasa nyeri. Pada saat pengkajian dilakukan klien sudah tidak panas namun badan klien masih lemas.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan klien belum pernah mengalami penyakit yang sama, Ini merupakan sakit yang pertama kali diderita oleh klien yang sebelumnya klien hanya sakit biasa dan dapat sembuh kembali setelah berobat ke dokter terdekat. Klien juga tidak mengidap penyakit menurun, tidak mempunyai riwayat alergi, klien tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum alcohol, minum kopi atau mengkonsumsi obat – obatan terlarang.

C. Pola Fungsional (Gordon)
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan :
Klien mengatakan sehat itu penting, jika klien sakit klien akan minum obat dan pergi ke petugas kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan makan teratur 3 kali sehari dan habis satu porsi dengan menu nasi, sayur dan lauk pauk. Klien tidak memilki riwayat alergi terhadap makanan. Klien minum ± 4-6 gelas perhari.
b. Selama sakit
Klien mengatakan klien mengalami perubahan dalam porsi makan, yaitu ½ porsi makan dengan bubur biasa dan minum hanya ± 2-4 gelas perhari.
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan klien tidak mengalami gangguan dalam eliminasi, BAB 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas feses dan BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning jernih, dan bau khas amoniak.
b. Selama sakit
Klien mengatakan klien tidak mengalami gangguan ataupun perubahan dalam eliminasi, BAB 1kali sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas feses dan BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning jernih dan bau khas amoniak.
4. Pola aktifitas dan latihan
Actifity 0 1 2 3 4
Bathing
Dressing
Eating
Toileting 






Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung / tidak mampu
5. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan klien tidur malam 8 jam, mulai jam 21.00 WIB sampai dengan jam 04.30 WIB dan tidur siang 2 jam mulai jam 14.00 sampai dengan jam 16.00.
b. Selama sakit
Klien mengatakan klien dapat tidur dengan nyenyak dan selama sakit klien tidur lebih dari 8 jam, klien mulai tidur jam 19.30 WIB sampai dengan jam 06.00 WIB. Klien mengatakan klien tidur siang 3 jam tapi klien sering terbangun, dan waktunya tidak menentu.
6. Pola konsep diri
Klien adalah anak laki – laki ke-3 dari tiga bersaudara, klien seorang siswa SMA kelas dua, klien mengatakan ingin cepat sembuh, ingin cepat pulang agar dapat berkumpul kembali dengan teman-temannya.
7. Pola peran hubungan
Klien mengatakan orang terpenting dalam hidupnya adalah ibunya, klien termasuk orang yang mudah bergaul, jika mempunyai masalah klien menyelesaikanya dengan musyawarah, jika klien mempunyai keinginan maka klien menyampaikan keinginannya itu kepada orang tuanya dengan baik – baik, hubungan klien dengan keluarganya sangat baik.
8. Pola persepsi dan kognitif
Klien mengatakan bahwa klien mengetahui sedikit tentang penyakitnya, ditandai dengan, klien dapat menjelaskan penyebab demam berdarah, klien tidak merasa cemas dan khawatir karna klien yakin bahwa dengan pengobatan yang sedang di jalani akan membuat dia sembuh.
9. Pola reproduksi dan seksual
Klien adalah seorang anak laki-laki yang berumur 16 tahun, klien sedang mengalami masa remajanya, klien sudah mulai menyukai lawan jenisnya.
10. Pola koping terhadap stress
Klien mengatakan jika ada masalah atau bila klien menginginkan sesuatu klien mendiskusikanya dengan keluarga dan jika ada masalah yang berhubungan dengan penyakitnya klien menyampaikanya dengan perawat.
11. Pola nilai dan keyakinan
Klien terlahir di sebuah keluarga yang beragama Islam, dan klien sudah terbiasa beribadah sholat dan mengaji.

TINJAUAN TEORI ; Proses Keperawatan DHF

Proses Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare / konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya menifestasi pendarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau haemetemisis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bias mengalami serangan ulangan dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Suatu gizi anak yang menderita DBD dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DBD sering mengalami mual, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih, seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar.
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme ; frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bias terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi haematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyrti otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang , terutama untuk membersihkan sarang nyamuk Aedes Aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik, meliputi : inspeksi, palapasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada pendarahan spontan petekie, pendarahan gusi dan telinga, serta nedi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital, nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
j. Sistem integument
1) Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy) mata anemis, hidung mengalami pendarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi pendarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi pendarahan telinga (pada grade II, III, IV).
4) Dada
Bentuk dada simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thoras terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura) rales ↓, ronchi ↓, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan asites.
6) Ekstremitas
Akral dingin serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
k. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) Hb dan PCV meningkat (lebih dari 20%).
2) Trombositopenia (< 100.000/ml).
3) Leucopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Ig. D dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolic : pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
(Nursalam, 2005)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan).
d. Potensial terjadinya pendarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Potensial untuk terjadinya reaksi transfuse.
g. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet dan perawatan.
h. Gangguan aktivitas sehari-hari.

3. Intervensi
a. Peningkatan suhu tubuh
1) Kajilah saat timbulny demam.
2) Observasi TTV setiap 3 jam sekali.
3) Berikan penjelasan kepada klien atau keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan kepada klien atau keluarga untuk bersikap kooperatif.
4) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.
5) Jelaskan pentingnya tirah baring.
6) Anjurkan kepada pasien untuk banyak minum.
7) Berikan kompres dingin.
8) Anjurkan agar pasien tidak memakai selimut.
9) Catatlah asupan cairan intravena dan obat-obatan.
b. Gangguan rasa nyaman nyeri
1) Kajilah tingkat nyeri yang dialami klien.
2) Berikan posisi nyaman dan usahakan situasi tenang.
3) Berikan suasana yang gembira pada klien.
4) Berikan kesempatan pada klien untuk berkomunikasi dengan teman.
5) Berikan obat analgetik.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)
1) Kajilah keluhan mual, sakit menelan dan muntah yang dialami klien.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan, serta hidangkan dalam keadaan hangat.
3) Jelaskan manfaat makanan atau nutrisi bagi klien terutama saat sakit.
4) Berikan makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.
5) Catatlah jumlah porsi makanan yang dihabiskan klien setiap hari.
d. Potensial terjadinya pendarahan lebih lanjutberhubungan dengan trombositopenia
1) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis.
2) Monitor jumlah trombosit setiap hari.
3) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia klien.
4) Anjurkan untuk banyak istirahat.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
1) Monitor keadaan umum klien.
2) Observasi TTV setiap 2-3 jam.
3) Perhatikan keluhan klien.
4) Apabila terjadi tanda-tanda syok hipovolemik, baringkan klien tanpa bantal.
5) Kolaborasi pasang infuse dan beri cairan intravena.
f. Potensial untuk terjadi reaksi transfuse
1) Pesan darah atau komponen darah sesuai dengan instruksi medis.
2) Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim.
3) Gunakan blood set untuk pemberian transfuse.
4) Barikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian tranfuse.
5) Anjurkan klien atau keluarga untuk segera melapor jika ada tanda-tanda atau reaksi tranfuse.
6) Jelaskan tanda-tanda atau reaksi yang mungkin terjadi selam pemberian transfuse.
g. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet dan perawatan
1) Berikan kesempatan pada klien atau keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui.
2) Jelaskan semua yang akan dilakukan dan manfaatnya bagio klien dan keluarga.
3) Jelaskan tentang proses penyakit.
h. Gangguan aktivitas sehari-hari
1) Bantulah klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari.
2) Berikan penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik klien.
3) Siapkan bel di dekat klien.
(Nursalam, 2005)

TINJAUAN TEORI ; Penatalaksanaan Medis DHF

Penatalaksanaan Medis

Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan suportif
(Ngastiyah, 1995 ; 344)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit
( Purnawan dkk, 1995 ; 571)

Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue yaitu:
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat.
- Panas disertai perdarahan- perdarahan.
- Panas disertai renjatan.
(UPF IKA, 1994 ; 203)

Demam berdarah dengue tanpa disertai pendarahan, pengobatannya hanya bersifat simtiomatis dan suportif.
a. Pemberian cairan yang cukup
Cairan diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat dari demam tinggi, anoreksia dan muntah. Penderita perlu diberi minum sebanyak mungkin (1-2 liter dalam 24 jam) berupa air the dengan gula sirup atau susu. Pada beberapa penderita dapat diberikan oralit.
b. Antipiretik
Seperti golongan acetamenoven (paracetamol), jangan diberikan golongan salisilat karena dapat menyebabkan bertambahnya pendarahan.
c. Surface cooling
d. Anticonfulsan
Bila penderita mengalami kejang, dapat diberikan :
a. Diazenam (valium)
b. Venobarbital (luminal)
(TH Rampengan, 1993)

TINJAUAN TEORI ; Pemeriksaan Penunjang DHF

Pemeriksaan Penunjang DHF

1. Darah. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamik piruvat transaminase ( SGPT ) ereum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2. Air seni. Mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Sumsum tulang. Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke-10 sudah kembali normal untuk semua system.


4. Uji Serologi
a. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan konvalesen, yaitu uji pengikatan komplemen ( PK ), uji netralisasi ( NT ), dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibody antidengue sebanyak minimal empat kali.
b. Uji serologi memakai serum tungga, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibody antidengue tanpa memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibody antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada-tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue.
5. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringannya.
( Arif mansjoer, 2000 )

TINJAUAN TEORITIS : Manifestasi Klinis DHF

Manifestasi Klinis




Gambaran klinis pada Demam Berdarah sangat berfariasi dari yang ringan, sedang seperti Demam Dengue, sampai ke DBD.
- Demam tinggi yang mendadak 2 – 7 hari ( 38° - 40° C )
- Perdarahan, dengan bentuk : uji tourniquet positif puspura perdarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
- Hepatomegali ( Pembesaran Hati )
- Syok, Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
- Trombositopeni pada hari ke 3 – 7 ditemukan penurunan.
- Trombosit sampai 100.000 / mm³.
- Hemokonsentrasi, meningkatnyanilai hematokrit.
- Gejala-gejala klinik lainnya yang menyertai : anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang, dan sakit kepala, pendarahan pada hidung dan gusi.
- Rasa sakit pada persendian, timbul pada bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
( Widodo Judawarto : 2010 )
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan :
a. Demam mendadak tanpa sebab yang jelas yang disertai dengan lemah, anoreksia, muntah dan nyeri pada anggota badan, punggung, kepala dan perut.
b. Pada hari ke-2 atau ke-3 demam muncul bentuk pendarahan (petekhie / echimosis), pendarahan gusi, epistaksis, sampai pendarahan hebat berupa muntah darah akibat pendarahan lambung, melena, haematuria massif.
c. Pada hari le-3 dan ke-7 demam menurun dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah kurang dari 80 mmHg atau kurang yang sebelumnya terjadi pendarahan hebat hingga menjadi syok.
Berdasarkan Patokan WHO (1975) demam berdarah dengue dibagi atas :
a. Derajat I
- Demam tinggi mendadak ( terus menerus 2 – 7 hari )
- Manifestasi perdarahan dengan uji tourniquet positif
- Nyeri ulu hati
- Mual, muntah
- Pembesaran hati.
b. Derajat II
Derajat I dengan disertai dengan pendarahan spontan di kulit atau pendarahan lain seperti mimisan, muntah darah dan berak darah.
c. Derajat III
Ditemukannya kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun kurang dari 20 mmHg atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
d. Derajat IV
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

Friday, January 14, 2011

TINJAUAN TEORITIS : Pathofisiologi DHF

Pathofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan mengalami keluhan dengan gejala karena viremia, seperti : demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, hipermia di tenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada sistem retikuloendotelial seperti : pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada demam febris disebabkan oleh kongesti pembuluh di bawah kulit.
Fenomena pathofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam febris dengan demam laemoragick fever adalah meningginya permeabilitas dinding caliper karena pelepasan zat anafilatoksin histamine dan serotonin serta aktivasi sistem koliken yang berakibat ekstravaksasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada pasien renjatan berat, volume plasma dapat menurun sampai lebih dari 30%.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu rongga peritoneum, pleura dan periokard yang pada autopsy ternyata melebihi jumlah cairan yang telah diberikan sebelumnya melalui infuse. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma. Bila tidak segera diatasi dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.
( Nursalam, 2005 )

TINJAUAN TEORITIS : ETIOLOGI DHF

ETIOLOGI
DBD disebabkan oleh virus dengue. Terdapat empat serotype virus yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Serotipe DEN-3 yang paling banyak ditemui di Indonesia.
( M. Ruslan : 2009 )
Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes dengan masa inkubasi 3-7 hari.
(Arif Mansjoer, 2000)
Penyebab utama : virus dengue tergolong albovirus
Vektor utama : Aedes aegypti dan aedes albopictus.
Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :
a. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari-hari.
b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
c. Penyedaiaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.
a. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes aegypti 40-100 m.
b. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat,
( Noer, 1999 )

Pages